Dikuasakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
ipoh, perak
X KAGAT....?.

SMS ampang ipoh 24 /6/ 11

gif webcam

DI SMA Chemor 13/5/12

pictures to gif

Di SMA Chemor

animated gif maker

Guru Pendidikan Islam Ulu Kinta Jun 13

http://picasion.com/i/1VkmT/

20 Jul 2010

SEGERALAH BERTAUBAT


Bertaubat dan menyesali diri. Jika Allah menghendaki kebaikan kepada hambaNya. Dia pasti membukakan pintu taubat, penyesalan, kepatuhan, merasa hina dihadapanNya,merasa perlu kehadhiranNya, minta pertolonganNya, berlindung kepadaNya, memohon dan berdoa kepadaNya, mendekatkan diri kepadaNya dengan melakukan amal kebaikan sedaya-upaya. Perbuatan jahat itu ternyata menjadi penyebab turunnya rahmat Allah.
1. Abu Hurairah r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Demi Allah, sesungguhnya saya membaca istighfar (minta ampun) dan bertaubat kepada Allah setiap hari, lebih daripada tujuh puluh kali. (Bukhari)
2. Abu Musa Al-Asy'ary r.a. berkata, "Bersabda Nabi s.a.w. "Sesungguhnya Allah membentangkan tangan rahmatNya pada waktu malam supaya bertaubat orang yang telah melakukan maksiat pada siang hari, juga mengulurkan tangan kemurahanNya pada waktu siang, supaya bertaubat orang yang berdosa pada waktu malam. Keadaan itu tetap berlangsung hingga matahari terbit dari arah Barat." (Muslim)
3. Abu Hurairah r.a. berkata, "Bersabda Rasulullah s.a.w. "Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah menerima taubatnya." (Muslim)
4. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Bersabda Nabi s.a.w. "Sesungguhnya Allah tetap menerima taubat seseorang hambaNya selama ruh (nyawanya) belum sampai di tenggorokan (hampir mati). (At-Tirmizi - hadith bertaraf 'hasan')

18 Jul 2010

KEKALKAN NIKMAT ISLAM

Saudaraku, Tahukah mengapa ada orang yang sejak lahir muslim, setelah dewasa pun muslim, namun ketika matinya menjadi kafir? Ingat kisah barsiso dan bal`am bin ba`uro, mereka yang awalnya abdi Alloh, namun ketika matinya menjadi abdi syetan! Naudzubillah. Ulama berpendapat bahwa penyebabnya adalah, karena mereka kurang bahkan tidak pernah mensyukuri keislamannya.
Untuk itu, agar nikmat iman dan islam yang telah Allah berikan ini tidak Alloh cabut dan tetap kita miliki sampai mati, mari kita perbanyak syukur kepada-Nya dan terus menyembah-Nya. Karena Allah berfirman:Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu (Ibrahim: 7)
Semoga kita dijadikan hamba-Nya sampai mati. Amien

13 Jul 2010

ZUHUDLAH DIDUNIA


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di zamanku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya". HR. Bukhari.
Berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim di atas, ada tiga kelompok yang merupakan sebaik-baik manusia, yang hidup sezaman dengan Nabi saw yakni para sahabat, zaman setelahnya yakni tabi'in dan zaman setelahnya lagi, yakni generasi tabi'ut tabi'in.
Mereka dipanggil sebagai Salafush Sholeh karena mereka sholeh, baik, berakhlak baik, mereka mempersembahkan diri mereka di hadapanNya. Mereka tidak mau membela diri karena malu terhadap rububiyah-Nya dan merasa cukup dengan sifat qayyum-Nya.
Mereka yakin bahwa Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri. Mereka adalah generasi terbaik yang berserah diri (Islam) kepada Allah.
Sehingga mereka mencapai tingkatan muslim yang terbaik yakni Ihsan, seolah-olah mereka melihat-Nya walaupun mereka tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat mereka.
Sekarang kita yang jauh dari masa generasi terbaik itu, mulai timbullah sikap "membela diri" yang sesungguhnya adalah memperturuti hawa nafsu. Nah, memperturuti hawa nafsu inilah yang menghijab kita dari "seolah-olah kita melihatNya"
Apa akibatnya bagi kita kaum muslim yang tidak lagi dapat atau terhijab dari "seolah-olah kita melihatNya".Sebagian dari kita berani membuka aurat, setengah bogil bahkan bogil di depan kamera atau di depan orang lain.
Bahkan ada pula yang berani melakukan perbuatan zina di depan kamera atau di depan orang lain.
Jelas sudah bahwa mereka memperturutkan hawa nafsu sehingga menghijabi dirinya dari "seolah-olah melihatNya". Sikap "membela diri" mereka adalah atas nama seni, hak asasi manusia atau hak pribadi, kami lakukan atas kesukaan bukan paksaan, tidak mengganggu orang lain, dan lain-lain alasan.
Begitu pula sebagian dari muslim yang mengkhawatirkan akan terjadi kemunduran masyarakat Islam terutama dari segi ekonomi dan urusan duniawi, dalam mereka memahami sebuah hadits "Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir" (HR Muslim).
Kekhawatirkan mereka sesungguhnya adalah sebuah bentuk sikap "membela diri" karena pandangan mereka yang sebenarnya menjurus kepada materialisme dan mereka terhijab dari "seolah-olah melihatNya".
Mereka memahami firman Allah yang artinya "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga" (QS ar Rahmaan: 24) dimana bagi mereka yang dimaksud dua syurga adalah syurga dunia dan syurga akhirat.
Padahal Allah telah menggambari tentang dunia pada firmanNya, antara lain yang artinya:
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS al Hadid : 20)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (Al-Ankabut: 64)
Mereka membela diri, oleh karena mereka muslim maka mereka berhak atas penghidupan yang baik di alam dunia dibandingkan orang kafir.
Mereka yakin bahwa mereka dicintai Allah sehingga mereka merasa wajar meraih kehidupan ekonomi yang lebih baik bahkan kaya raya. Padahal anjuran (sunnah) Rasulullah SAW agar kita dicintai Allah dan dicintai manusia adalah sebagaimana sebuah hadits
Dari  Abbas — Sahl bin Sa'ad As-Sa'idy — radliyallahu `anhu, ia berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang jika aku beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia." Maka Rasulullah menjawab: "Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu." (Hadist shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya).
Zuhud adalah tidak adanya ketergantungan dan terpusatnya perhatian terhadapnya.
Bersikap qanaah terhadap rizki yang halal dan ridho terhadapnya serta bersikap `iffah dari perbuatan haram dan hati-hati atau bahkan menghindari terhadap syubhat.
Jiwa yang merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah merupakan hakekat zuhud.
Zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia, bererti menjauhkan diri dari merasa iri hati terhadap apa yang dimiliki oleh manusia serta mengosongkan hati dari mengingati harta milik orang..
… (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Al-Hadiid :23)
Ibnu Mas'ud ra. melihat Rasulullah saw. tidur di atas kain tikar yang lusuh sehingga membekas di pipinya, kemudian berkata, "Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau saya ambilkan untukmu kasur?" Maka Rasulullah saw. menjawab, "Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia seperti pengendara yang hampir sejenak di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya." (HR At-Tirmidzi)
Rasulullah saw. bersabda:"Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takuti atas kalian, tetapi aku takut pada kalian dibukakannya dunia bagi kalian sebagaimana telah dibuka bagi umat sebelum kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka." (Muttafaqun `alaihi)
Kehidupan zuhud ini dicontoh oleh para sahabatnya: Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, dan Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah beberapa sahabat yang kaya raya, tetapi tidak mengambil semua harta kekayaannya untuk diri sendiri dan keluarganya. Sebagian besar harta mereka habis untuk dakwah, jihad, dan menolong orang-orang beriman.
Mereka adalah tokoh pemimpin dunia yang dunia ada dalam genggamannya, namun tidak tertipu oleh dunia. Bahkan, mereka lebih mementingkan kehidupan akhirat dengan segala kenikmatannya. Abu Bakar berkata, "Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, bukan di hati kami."
Suatu saat Ibnu Umar mendengar seseorang bertanya, "Dimana orang-orang yang zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat?" Lalu Ibnu Umar menunjukkan kuburan Rasulullah saw., Abu Bakar, dan Umar, seraya balik bertanya, "Bukankah kalian bertanya tentang mereka?"
Abu Sulaiman berkata, "Utsman bin `Affan dan Abdurrahman bin Auf  ada dua gudang harta dari sekian banyak gudang harta Allah yang ada di bumi. Keduanya menginfakkan harta tersebut dalam rangka mentaati Allah, dan bersiap menuju Allah dengan hati dan ilmunya."
Dengan demikian hanya orang yang berimanlah yang dapat memakmurkan bumi dan memimpin dunia dengan baik, karena mereka tidak menghalalkan segala cara untuk meraihnya.
Demikianlah cara umat Islam memimpin dunia, mulai dari Rasulullah saw., khulafaur rasyidin sampai pemimpin berikutnya.
Pemerintahan Islam berhasil menghadirkan keamanan, perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan. Perdaban dibangun atas dasar keimanan dan moral. Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, salah satu pemimpin yang paling zuhud, masyarakat merasakan ketentraman, kesejahteraan, dan keberkatan. Tidak ada lagi orang yang miskin yang meminta-minta.
Dengan adanya sikap membela diri maka akan sulitlah mengamalkan sunnah Nabi untuk berlaku Zuhud di dunia. Sikap membela diri sesungguhnya adalah memperturutkan hawa nafsu sehingga menghijabi diri kita sehingga tidak mencapai keadaan "seolah-olah melihatNya".
Sikap diri, akhlak, budi pekerti, moral, bertalian dengan hati, ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha ,qanaah, tawakal, mengenal diri, mengenal Allah (ma'rifatullaH) adalah perihal yang wajib kita fahami .

7 Jul 2010

5 MAKSIAT DISEGERAKAN BALASAN


Daripada Ibnu Umar r.a berkata: “Pada suatu hari kami mengadap Rasulullah lalu Baginda bersabda: “Wahai orang Muhajirin, apabila kamu telah ditimpa bala dengan 5 perkara ini, maka tiada lagi kebaikan untuk kamu. Aku berlindung kepada Allah swt supaya kamu tidak menemui masa itu, perkara-perkara itu ialah; Mereka berani secara terang-terang melakukan penzinaan sehinggalah ditimpa wabak penyakit Tha’un yang sangat cepat merebak dan penyakit-penyakit lain yang belum pernah menimpa kepada orang-orang dahulu. Mereka ditimpa bala dengan kemarau (panas) yang panjang dan kesusahan mencari rezeki kerena melakukan penipuan di dalam sukatan dan timbangan serta dizalimi oleh para pemimpin mereka sendiri. Mereka tidak diturunkan hujan kerana tidak mengeluarkan zakat, andainya tiada binatang di muka bumi ini nescaya Allah swt tidak menurunkan hujan. Mereka melanggar janji-janji mereka dengan Allah swt dan RasulNya, lalu Allah swt membiarkan musuh menguasai mereka dan merampas sebahagian daripada apa yang mereka miliki. Pemimpin-pemimpin mereka tidak lagi melaksanakan hukum-hukum yang terkandung di dalam al-Quran dan tidak mahu menjadikannya sebagai pilihan, maka di waktu itu Allah swt menjadikan peperangan tercetus di kalangan mereka sendiri”. (riwayat Ibnu Majah)

1 Jul 2010

MIMPI IMAM MALIK


Pada suatu malam Imam Malik bin Anas bermimpi melihat Malaikatul Maut. Kemudian dia bertanya kepada malaikatul maut itu. “Ya Malaikatul Maut, masih tinggal berapa lama lagi usiaku?” 
Malaikatul Maut memberi isyarat dengan kelima jarinya. Imam Malik tidak mengerti maksud Malaikatul Maut itu. Maka ia bertanya lagi. 
“Lima apa ya Malaiktul Maut? Apakah 5 tahun? 5 bulan? 5 minggu? 5 hari?” Belum sempat mendengar jawapannya, Imam Malik r.a terbangun daripada tidurnya. 
Esok paginya beliau pergi menanyakan tentang mimpinya kepada seorang ahli  mimpi iaitu Imam Ibnu Sirin. Kata Ibnu Sirin, “Ya Malik, mimpi mu itu baik-baik sahaja. Malaikatul Maut tidak bermaksud mengatakan 5 tahun, 5 bulan, 5 minggu atau 5 hari. Tetapi ia hendak mengatakan kepadamu bahawa pertanyaan mu itu termasuk ke dalam lima rahsia ilmu ghaib Allah yang tidak diketahui oleh sesiapapun selain Allah SWT sendiri." 
Firman Allah SWT yang bermaksud: 
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang hari Qiamat; dan Dialah yang menurunkan Hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya esok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui  di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Masjid Solatiah GR

http://picasion.com